Aktivis Mengatasnamakan Aliansi BEM DKI Jakarta Permalukan Mahasiswa Usut Tuntas Aktor Di Balik Pemblejetan Fasilitas Hotel Bagi Tenaga Medis Penanganan Covid-19

Aktivis Mengatasnamakan Aliansi BEM DKI Jakarta Permalukan Mahasiswa

Usut Tuntas Aktor Di Balik Pemblejetan Fasilitas Hotel Bagi Tenaga Medis Penanganan Covid-19

Jakarta,targethukum.com

Aktor yang diduga menunggangi sejumlah aktivis mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa DKI Jakarta (BEM DKI Jakarta) dengan melakukan pemblejetan terhadap pemberian fasilitas hotel bagi para tenaga medis yang sedang menangani pandemic Virus Corona atau Covid-19, diminta diusut tuntas.

Soalnya, sikap dan tindakan sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan BEM DKI itu sudah sangat menciderai proses penanggulangan Covid-19 di DKI Jakarta. Bahkan, diduga ada niat busuk yang terselubung di balik sikap Aliansi BEM DKI Jakarta itu. Yang melukai hati dan perasaan para tenaga medis yang sedang bertarung mengatasi pandemic Covid-19.

Mantan Presiden Mahasiswa Universitas Jaya Baya, Nadia Yulianda Putri meminta aparat penegak hukum mengusut tuntas gerakan Aliansi BEM DKI Jakarta yang tak jelas juntrungannya itu.

Sebagai aktivis mahasiswa, Nadia Yulianda merasa bahwa tindakan Aliansi BEM DKI Jakarta itu sudah melukai perasaan masyarakat. “Kami menduga ada aktor di balik itu. Maka kami meminta agar aktornya itu juga diusut tuntas,” ujar Nadia, Jumat (09/04/2020).

Nadia menyampaikan, ketika para tenaga medis sedang mengalami ancaman serius, bahkan kehilangan nyawa menanggulangi virus corona, maka untuk membuat para tenaga medis fokus bekerja dan tidak dibebani dengan berbagai urusan mengganggu, Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menawarkan agar para tenaga medis beristirahat di hotel.

Sayangnya, lanjutnya, niat baik Gubernur DKI itu diblejeti oleh sejumlah mahasiswa mengatasnamakan BEM DKI Jakarta.

Nadia Yulianda Putri yang juga Ketua Umum Perempuan Milenial Indonesia itu melihat kondisi Indonesia hari ini sedang dirundung masalah yang sangat berat. Dimana, semua pihak, mulai dari Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah sedang bertarung mengatasi persoalan Covid-19.

“Sangat kami sayangkan, tindakan Aliansi BEM DKI Jakarta itu sudah melukai hati para pejuang kemanusiaan, yakni para tenaga medis. Tindakan teman-teman mahasiswa itu sangat berlebihan,” ujar Nadia.

Menurut dia, sikap kritis mahasiswa tetap diperlukan. Namun yang dilakukan Aliansi BEM DKI Jakarta itu, bukanlah sikap kritis. Tetapi mempermalukan mahasiswa dan almamater masing-masing kampusnya juga.

“Saya sebagai mantan Presiden Mahasiswa Universitas Jayabaya mengkonfirmasikan, misalnya, jika terdapat kesalahpahaman informasi dan sikap kritis terhadap kebijakan emergency Covid-19 oleh Pemprov DKI dari Komponen Aktivis Muda BEM Jayabaya, maka harus direspon sebagai sikap kritis. Tidak perlu direspon dengan sinis oleh teman-teman,” ujarnya.

Sebab, lanjut Nadia, dirinya juga mendapat informasi bahwa salah satu orang yang hadir dalam konferensi pers Aliansi BEM DKI Jakarta itu mewakili Universitas Jayabaya. Dan orang tersebut, tegasnya, menyampaikan tidak mengetahui adanya statement mengenai pemberian hotel mewah untuk tenaga medis itu secara berlebihan.

Nadia melanjutkan, selama Kebijakan Emergency Covi d-19 tidak dikorupsi oleh oknum Pemda DKI, maka patut didukung sebagai aksi solidaritas nyata mahasiwa dan pemuda. Militansi Tim Medis di front terdepan memerangi Covid-19, telah mempertaruhkan nyawa dan ancaman karir mereka.

“Sudah selayaknya mereka didukung dengan fasilitas jaminan kesehatan yang maksimal,” tandasnya.

Nadia menegaskan, jika ada pihak yang mempolitisasi kegiatan tersebut, dirinya menyarankan masing-masing instansi yang merasa dirugikan untuk melakukan pengusutan tuntas.

“Usut tuntas siapa inisiator dan actor yang menunggangi kegiatan tersebut. Dan juga siapa yang mengalirkan sumber anggaran untuk kegiatan yang mengatasnamakan Aliansi BEM DKI Jakarta tersebut. Diharapkan, pihak yang menjadi inisiator melakukan klarifikasi atas motif dan tujuan mereka melakukan kegiatan mereka itu,” tandasnya.

Nadia berharap, dengan mengusut inisiator dan actor di balik kegiatan Aliansi BEM DKI Jakarta itu, maka ke depan akan menjadi catatan keras, supaya tidak ada lagi oknum-oknum yang mengatasnamakan BEM untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji.

“Biarlah BEM sendiri yang melakukan atau menyalurkan gagasan maupun ide kreatifnya sendiri, tanpa intervensi dari siapapun,” tutup Nadia.

Pada Sabtu, 04 April 2020 lalu, sejumlah mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya Aliansi BEM Jakarta menggelar pernyataan sikap di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pada pernyataan sikap mereka, Aliansi itu menyerang langkah Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang memfasilitasi para tenaga medis yang tengah menanganani pandemik virus corona, sebagai langkah yang tidak tepat.

Menurut Aliansi BEM DKI Jakarta, pemberian fasilitas hotel bagi tenaga medis, cenderung bernuansa politis ketimbang solutif.

Salah satunya mengenai fasilitas hotel bintang 5 yang diberikan kepada para tenaga medis yang menangani virus corona. Langkah tersebut dinilai berlebihan.

“Fasilitas hotel bintang 5 untuk tim medis dinilai berlebihan. Lantas apakah itu menjamin bahwa masyarakat Jakarta tidak terinfeksi virus Corona?karena belum meratanya tindakan pencegahan dari Gubernur Jakarta terkait virus Corona dikalangan masyarakat menengah ke bawah,” demikian pernyataan Aliansi BEM Jakarta Bersuara, seperti dikutip, Senin (6/4/2020).

Selain, itu para mahasiswa juga menyoroti soal permintaan karantina wilayah atau lockdown lokal yang mereka nilai sebagai langkah terburu-buru tanpa melihat dampak ikutannya, aliansi juga mengkritik soal upaya pencegahan yang dinilai kurang maksimal.

Salah satu anggota aliansi yang juga Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) periode 2018-2019, Dheden Pratama mengungkapkan, masalah lain yang mereka soroti yakni kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) termasuk masker sebagai kebutuhan utama pencegahan penyebaran Virus Corona.

“Urgensi saat ini bagaimana kita sama-sama bersatu ememrangi Covid-19, antara pemeringah dengan masyarakat. Untuk memutus mata rantai corona,” ujar Dheden saat menggelar konferensi pers bertajuk Lockdown Solusi atau Politisasi di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Namun sangat disayangkan, lanjut Dheden, di tengah urgensi seperti ini, banyak oknum-oknum di tengah pemerintahan maupun sipil, yang memanfaatkan kekayaan diri untuk menperkaya diri dengan menimbun masker.

Dheden menambahkan, ia bersama anggota aliansi juga sudah datang ke Pasar Pramuka dan mendapati sejumlah alat kesehatan dijual dengan harga berkali-kali lipat dari harga normal.

“Di Pasar Pramuka milik (Perumda) Pasar Jaya, APD yang tadinya dijual Rp80 ribu menjadi Rp450 ribu. termometer tadinnya Rp150 ribu kini dijual Rp1,5 juta.Jadi, masalah kita sekarang bukan hanya soal Covid-19 saja, tapi tentang oknum-oknum yang mengambil keuntungan materi dari pandemi global ini,” ujarnya.

Red

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *