Eranasional.com – Dampak penyakit yang diakibatkan virus corona tidak saja mempengaruhi pariwisata di Bali, akan tetapi juga pariwisata di dunia. Ini yang harus digarisluruskan terlebih dahulu. Tak ada sebutan Bali menjadi Kota Hantu seperti anggapan media asing yang tidak simpatik atas situasi pariwisata global dunia saat ini akibat merebaknya virus corona. Yang dunia harus ketahui adalah, bahwa di Bali belum ditemukan kasus akibat virus corona di Bali atau ditemukan pasien yang terpapar positif akibat virus corona. Jadi pemberitaan negatif tentang pariwisata Bali pasca virus corona merebak tidak benar. Sehingga tidak ada alasan siapapun yang ingin liburan ke Bali, membatalkan liburan ke Bali.
Bali sebagai tujuan wisata dunia meski kehilangan wisatawan asal Tiongkok dengan menurunnya jumlah kunjungan turis asal Tiongkok dimana virus corona berasal, namun tidak membuat Bali kehilangan seluruh wisatawan asing lainnya. Terbukti wisatawan dari negara-negara seperti India dan Russia tetap mengunjungi Bali. Ditutupnya penerbangan dari dan menuju Tiongkok semata-mata untuk pencegahan agar Indonesia dan khususnya Bali yang banyak dapat kunjungan wisatawan asal Tiongkok tidak mengalami apa yang negara-negara lainnya alami yang warganya sebagian terinfeksi virus yang mengakibatkan kematian ini. Intinya pariwisata Bali masih normal dan menggeliat karena wisatawan dari negara lainnya masih datang silih berganti ke pulau yang disebut-sebut sebagai pulau dewata meski tak sebanyak wisawatan asal Tiongkok. Hanya soal belajar dari pengalaman, bukankah dahulu juga wisatawan asal Tiongkok juga tak banyak, dan lebih didominasi wisatawan asal eropa? Ambil hikmahnya saja.
Sebagai informasi, jumlah wisatawan Tiongkok yang datang ke Bali merupakan jumlah terbesar kedua (18,2%) setelah wisatawan Australia dari total jumlah kunjungan wisatawan ke Bali sebanyak 6,3 juta. Akibat penurunan jumlah wisatawan Tiongkok tersebut tentu saja sangat dirasakan oleh para pelaku usaha pariwisata seperti: hotel, perjalanan wisata, transport wisata, pemandu wisata, dan pengerajin oleh-oleh Bali. Tapi tidak hanya di Bali saja, mungkin juga dialami negara-negara tujuan wisata lainnya yang berharap wisatawan dari Tiongkok.
Penurunan jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok juga berdampak langsung terhadap penerimaan pajak hotel dan restoran yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota se-Bali terutama Kabupaten Badung, Kota Denpasar, Gianyar, dan Klungkung karena bergantung kepada wisatawan Tiongkok. Lebih jauh penurunan jumlah wisatawan Tiongkok ini akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Bali karena sektor pariwisata memberikan kontribusi lebih dari 50% terhadap PDRB Provinsi Bali.
Menghadapi hal ini, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Putu Astawa, melalui keterangan tertulisnya menyampaikan bahwa pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan yang sangat penting dalam membantu pemulihan pariwisata dan perekonomian yaitu:
Pertama, Pemerintah memberikan
tambahan anggaran sebesar Rp. 298,5 Milyar untuk insentif airline dan travel agent dalam rangka mendatangkan wisatawan asing ke dalam negeri;
Kedua, untuk wisatawan dalam negeri diberikan sebesar Rp. 443,39 Milyar insentif dalam bentuk diskon sebesar 30% potongan harga untuk 25% seat per pesawat yang menuju ke sepuluh destinasi wisata;
Ketiga, sepuluh destinasi pariwisata yang tersebar di 33 Kabupaten/Kota tidak dipungut pajak hotel dan restoran (sebesar 10%) selama 6 (enam) bulan. Sepuluh destinasi pariwisata tersebut yaitu: Danau Toba, Yogyakarta, Malang, Manado, Bali, Mandalika, Labuan Bajo, Bangka Belitung, Batam, dan Bintan. Sebagai gantinya, pemerintah pusat akan memberikan hibah sebesar Rp. 3,3 Triliyun kepada sepuluh destinasi pariwisata;
Keempat, dalam APBN juga tersedia anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Pariwisata sebesar Rp. 147 Milyar yang akan dikonversi menjadi hibah ke daerah-daerah untuk memacu pariwisatanya.
Terkait kebijakan tersebut, atas nama Pemerintah Provinsi Bali bersama pemangku kepariwisataan dan
seluruh masyarakat Bali menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Pusat atas kebijakan yang telah diambil untuk mengatasi dampak penyakit virus corona terhadap perekonomian Bali.
Dalam rangka mempercepat pemulihan kondisi pariwisata Bali, Gubernur Bali akan menyelenggarakan Rapat Koordinasi dengan mengundang Bupati/Walikota se-Bali dan para pemangku kepentingan pariwisata Kabupaten/Kota se-Bali untuk merumuskan program aksi yang akan diterapkan dalam jangkapendek dan jangka menengah. Demikian Putu Astawa menyudahi keterangan tertulisnya. Semoga pariwisata di Bali segera pulih meski tanpa wisatawan dari Tiongkok dan dana yang tidak sedikit tersebut sepenuhnya untuk penyelamatan pariwisata bukan untuk dikorupsi. (ydj/red)