Pemuda Kampung Yang “RINDU” Lapangan Sepak Bola
Bekasi, Target Hukum
Gabus rawa, adalah nama kampung dari sekian banyak nama-nama kampung diwilayah GABUS, tepatnya didusun III, desa Srijaya, kec. Tambun Utara, kab. Bekasi. Nama Rawa dibelakang Nama Gabus seperti mengisyarakatkan asal muasal kampung tersebut terbentuk. Sebuah kampung kecil yang ramah dan masih terlihat asri. Dimana disana juga terdapat sumur yang dikramatkan oleh penduduk asli sana. Namanya Sumur Kramat Gabus Rawa. Sumur ini memiliki sejarah yang panjang bagi penduduk asli dan tentu memiliki kenangan dimasa-masa yang lampau.
Hanya orang-orang tertentu yang datang kesana (sumur). Dari mulai hanya melihat sampai yang memiliki hajat. Dari warga sekitar sampai luar daerah pun datang. Sumur ini pun memiliki keunikan, dimana biasanya air tanah milik warga terasa anta (sedikit asin) namun berbeda dengan air yang berada disumur tersebut, dimana airnya jernih dan rasanya tawar. Banyak kisah mistis yang didapat disumur kramat tersebut. Selain itu juga, sampai dengan tulisan ini anda baca, belum ada satu pun diantara warga atau keturunannya yang mengetahui siapa pembuat sumur yang sekarang sudah dikelilingi oleh banyaknya perumahan. Beruntung salah seorang warga bernama Junaedi S. alias Jones dan beberapa rekannya dipercaya oleh lurah (kepala desa saat itu) untuk menjadi ketua panitia Pembangunan Musholla disekitar sumur. Drahim Sada, sosok kepala desa yang juga Pemerhati Budaya ini tahu dan segera merespon usulan-usulan agar Sumur Kramat menjadi situs dan pengingat bahwa “DISINI TEMPAT DIMANA PARA LELUHUR KITA PERNAH ADA DAN MENGAMBIL AIR UNTUK KEPERLUAN SETELAH SELESAI MENGGARAP SAWAH”. Sebab Sumur ini sudah tidak lagi dikelilingi oleh padi yang menguning, burung-burung, serta semilir angin, melainkan tembok dan beton serta atap perumahan.
Wal hasil, cerita Gabus Rawa Tidak akan selesai jika diteruskan. Dan kembali kejudul berita, dimana “Pemuda Kampung yang Rindu lapangan Sepak Bola”. Hasbi, adalah pemuda yang sangat bersemangat untuk tetap ingin menghidupkan olah raga dikampungnya.
“cerita kampung Gabus mah, ga usah tanya soal berantem. Mereka da khatam kalo kata orang mah. Nich bagaimana caranya kita punya lapangan” ungkap salah satu sumber yang tidak ingin disebutkan identitasnya.
Selain itu menurut keterangan Hasbi pemerintah desa belum memberikan sarana dan prasarana yang memadai untuk olah raga bagi warganya, serta dukungan penuh. Walau saat ini diadakan kompetisi sepak bola. Oleh karena itu Hasbi berharap agar adanya dana ADD didesa bisa juga dipergunakan untuk menghidupkan olah raga, terutama olah raga sepak bola.
Akhirnya Hasbi dan dengan beberapa warga sekitar, memanfaatkan lahan kosong milik salah seorang warga yang seadanya di ”sulap” menjadi lapangan sepak bola. Untuk berlatih dan bermain sepak bola, baik dewasa maupun anak-anak.
”Pembangunan banyak, Srijaya (desa-red) sekarang punya tol, perumahan dimana-mana, banyak matrial, toko-toko, dagangan apa bae ada, abong lapangan aja ora ada anggaran nah”. Ungkap Ferdi dengan nada semangat, tokoh pemuda AMGR kampung Gabus Rawa pada wartawan Target hukum.
*Subur/BdR