KARAWANG, www.targethukum.com —Kisah pilu keluarga Saepudin (38) dan Maryati (45) di Dusun Karajan RT 020 RW 04, Desa Kemiri, Kecamatan Jaya Kerta, Karawang, menyentuh hati banyak pihak. Rumah mereka yang rusak parah akibat diterjang angin puting beliung setahun lalu, hingga kini belum mendapatkan bantuan perbaikan dari pemerintah karena keterbatasan biaya.
Saepudin, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh harian lepas, hanya bisa menggantungkan harapan pada pemerintah Kabupaten Karawang dan dinas terkait agar rumahnya bisa segera diperbaiki.
“Kalau listrik sudah ada, tapi untuk air untuk keperluan mandi dan lain-lain kami harus numpang di tetangga,” ungkap Saepudin saat ditemui di rumahnya, Minggu (13/07/2025).
Lebih menyedihkan lagi, ruang dapur mereka telah roboh beberapa bulan lalu sehingga mereka tidak memiliki ruang khusus untuk memasak. Selain itu, keluarga ini juga kesulitan mendapatkan air bersih karena tidak memiliki sumur dan jamban.
Saepudin mengakui, meski sangat ingin memperbaiki rumahnya yang sebagian besar sudah rapuh, keterbatasan ekonomi menjadi penghalang utama. Penghasilannya sebagai buruh penebang kayu tidak menentu dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan dan biaya sekolah anak-anaknya.
“Ya ingin sekali memperbaiki rumah, tapi kami sadar diri dengan kondisi ekonomi. Kerja keras kampiun hanya cukup untuk makan dan biaya sekolah anak,” tambahnya.
Ketakutan akan robohnya rumah semakin menjadi-jadi terutama saat hujan deras atau angin kencang. Bagian belakang rumah yang juga digunakan sebagai kamar anaknya bahkan harus ditambal seadanya karena dindingnya sudah rusak parah.
“Saya sering kasihan sama anak, kalau malam sering kedinginan dan bocor kalau hujan. Ingin ganti atap semua sampai belakang tapi belum bisa,” ujar Saepudin dengan nada sedih.
Keluarga Saepudin telah diusulkan oleh pihak pemerintah desa Kemiri untuk mendapatkan bantuan program bedah rumah sejak dua bulan lalu, namun hingga saat ini belum ada kepastian kapan bantuan tersebut direalisasikan.
“Inginnya ya diperbaiki segera karena takut roboh juga kalau terlalu lama,” harap Saepudin.
Meski begitu, Saepudin mengaku selama ini telah mendapatkan perhatian pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk kedua anaknya yang masih bersekolah di SLTP. Namun, bantuan tersebut hanya cukup untuk kebutuhan sekolah.
“Saya tetap berjuang, Pak. Gak mungkin juga terus-menerus menggantungkan ke orang lain, tapi misal ada uluran tangan dari para dermawan saya berterimakasih sebanyak-banyaknya,” pungkas Saepudin penuh harap.
*Amo_