Jakarta,www.targethukum.com,
Perempuan sebagai bagian dari komunitas atau anggota kelompok masyarakat merupakan kunci sukses kemajuan suatu komunitas dan bangsa. Keterlibatan mereka secara
optimal sangat penting untuk didorong dan dikembangkan. Project FIP II sejak tahun 2017 berjalan telah melibatkan 30% perempuan dalam kegiatan program dan kegiatannya. Para
perempuan telah menjadi penerima manfaat langsung dan penerima manfaat tidak langsung program. Project FIP II telah berhasil mendorong perempuan terlibat secara aktif dan menjadi penggerak kelompok dan kelompok usaha mikro masyarakat. Dengan fasilitasi project FIP II, para perempuan hebat Indonesia ini juga telah difasilitasi program peningkatan kapasitasnya agar terus berperan aktif, kreatif dan produktif dalam kelompok. Proyek Forest Investment Program II (FIP II) dalam menjalankan programnya di lapangan, tidak saja bermitra dengan pengelola kawasan hutan yaitu Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), tetapi bermitra langsung dengan komunitas masyarakat lokal/adat dan kelompok tani hutan (KTH), termasuk para kelompok perempuan. Komunitas masyarakat/perempuan ini tergabung
dalam kelompok tani hutan, koperasi atau bentuk legalitas kelompok lain yang telah difasilitasi proyek dan KPH. Dalam pembentukan kelompok sampai mendapatkan legalitas pendirian, sampai operasionalisasi dan pengembangan usaha setiap kelompok sesuai potensi daerah juga mendapatkan dukungan sarana prasarana usaha, alat dan pelatihan-pelatihan. Kelompok Tani Hutan (KTH) dampingan KPH di 8 provinsi yaitu Sumut, Riau, Jambi, Sumsel, Kalsel, Kaltim, Sulteng dan NTB telah melibatkan perempuan dalam kegiatan kelompok dengan menjadi pengurus dan penggerak berkembangnya usaha ekonomi komunitas. Perempuan-perempuan dari KTH telah menjadi agen perubahan perilaku dalam pengelolaan sumber daya alam, bahkan telah menjadi pendorong anggota kelompok lainnya dalam kegiatan ekonomi dan pelestarian SDA. Perempuan berperan penting dalam pengelolaan sumberdaya
hutan dengan dampingan KPH selalu mitra utama Proyek FIP 2. Bertempat di Grand Savero Bogor 17 Desember 2021 digelar talkshow bertemakan “FIP
II Memberdayakan Perempuan Hebat Indonesia” dimana peserta yang hadir terdiri dari para penggiat lingkungan, komunitas perempuan pecinta lingkungan dan budaya Indonesia, serta
kelompok anak muda milenial pecinta lingkungan dan budaya Indonesia.
Dalam sambutan pembukaan, Drasopolino Direktur Kesatuan Pengelolaah Hutan Produksi (KPHP) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan talkshow ini bertujuan untuk
mensosialisasikan keterlibatan perempuan dalam project FIP II dan juga untuk mengeksplorasi peluang keterlibatan perempuan lebih luas lagi dalam pengelolaan SDA di wilayah KPH mitra kerja utama Project FIP II. Nur Hygiawati Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Bappenas sebagai salah satu pembicara telah melihat langsung di lapangan kiprah dan kinerja KTH dampingan Project
FIP II di KPH Rinjani Barat dan KPH Batulanteh, NTB. Kunjungan beliau dilaksanakan tanggal 28 September sampai 2 Oktober 2021. Dalam penilaian dalam hal peningkatan kompetensi staf, pengembangan aplikasi SMART KPH, dan dukungan keaktifan KPH dalam menjalin kerja sama dan kemitraan dengan KTH yang menggerakan kegiatan di tingkat tapak. “Implementasi pelaksanaan program/kegiatan proyek FIP 2 di KPH Rinjani Barat dan KPH Batulanteh telah dirasakan masyarakat, terutama oleh KTH dan aparatur desa setempat
berupa pengadaan barang berupa gudang penampung kemiri, rumah produksi madu, dan alat ekonomi produktif untuk peningkatan kualitas produksi madu dan gula aren, dan lain-lainnya”, demikian catatan Nur Hygiawati dari kunjungan lapangan tersebut. Dalam Talkshow sehari ini
dari pengalaman kunjungan lapangan dan kaitannya dengan kebijakan nasional, beliau menyampaikan paparan terkait kebijakan dan dukungan pemerintah terhadap program
pehutanan sosial KLHK. Pembicara nasional lainnya dalam talkshow FIP II Memberdayakan Perempuan Hebat
Indonesia, selain Nur Hygiawati juga hadirkan secara virtual Erna Rosdiana Sekretaris Direktorat Jenderal PSKL KLHK kepada para peserta menyampaikan secara gamblang konsep perhutanan nasional, implementasi dan capaiaan sampai saat ini di Indonesia. Peserta talkshow dari unsur pemerintah, Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Bogor, perempuan-perempuan dari KTH/KPH dari 8 provinsi, perempuan penggiat dan pemerhati lingkungan dan sosial, anak-anak muda milenial yang cinta dan peduli lingkungan, serta
wartawan nasional dari berbagai desk (online dan cetak), berjumlah 50 orang yang hadir di tempat dan 100 peserta dari 8 provinsi termasuk di dalamnya pendamping dan fasilitator lapangan KPH mitra Project FIP II. Talkshow yang dipandu Sitawati Ken Utami, pendiri komunitas Perempuan Berkebaya
Indonesia dan saat ini menjabat Ketua PBI Bogor, hadirkan nara sumber dari masyarakat yaitu Denda Kusmawati salah satu nara sumber dari pengelola Hutan Adat Mandala dari Pokjarwis
Bayan Ecotourism di Desa Bayan, Kec. Bayan, Lombok Utara NTB, dampingan KPH Rinjani Barat, NTB. Selanjutnya juga hadirkan Istinawati secara virtual dari Kelompok Tani Hutan Batu Kura
dampingan KPH Tanah Laut dan Zulfiana dari KTH Alam Lestari dampingan KPH Dampelas Tinombo Sulawesi Tengah. Adapun nara sumber masyarakat berbagi pengalaman dan kiprah keterlibatan mereka dalam perencanaan, pengelolaan dan pengembangan usaha kelompok tani
di wilayah masing-masing. Dalam paparannya, Denda Kusmawati mengatakan “Menjaga Hutan Adat Mandala sudah kami lakukan turun-temurun. Dengan dukungan FIP II ini, kami telah difasiltasi membangun fasilitas yang baik di kolam pemandian Hutan Adat Mandala, sehingga jumlah
pengunjung bertambah dari 800 orang/bulan kini menjadi 1.100 orang/bulan. Bertambahnya
pengunjung otomatis membuat perekonomian kami juga meningkat”. Denda Kusmawati dan perempuan Adat Mandala lainnya bangga dan makin bersemangat mengelola Hutan Adat
Mandala, dimana Hutan Adat Mandala yang dikelola turun-temurun Warga Desa Bayan, merupakan salah satu unit usaha Pokjarwis Bayan Ecotourism di Desa Bayan, Kec. Bayan, Lombok Utara NTB yang dikembangkan menjadi obyek wisata alam atas pendampingan KPH
Rinjani Barat, NTB. “Peran perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam sangat dahsyat”, demikian
Palupi Ambardini, Psikolog yang akrab disapa Didin ini menegaskan di akhir sesi talkshow. Peran
dan kekuatan perempuan dalam pengelolaan SDA sangat besar dan dari sisi psikologisnya
sebagai perempuan akan dengan mudah menularkan semangat itu kepada keluarga, kolega dan
komunitasnya. Kekuatan perempuan ini disajikan juga dalam bentuk pemanfaatan media sosial
mereka dalam menyebarkan informasi dan gerakan mereka. Dalam pandangan pembicara terakhir Palupi Ambardini yang merupakan Sarjana Psikologi Universitas Gajah Mada dan banyak pengalaman menjadi jurnalis dan editor senior di media cetak dan online, mengatakan media mainstream sudah mulai bergeser, harus disupport juga dengan media sosial melalui individu dan komunitas yg dampaknya pasti akan lebih dekat dan tersampaikan karena
disampaikan dengan bahasa mereka.
Red
(Ebe/16122021)